Bila seperti itu, bisa dikatakan alay bukan fenome baru... Kenapa sekarang lebih heboh? Mungkin kebetulan saja sedang menjadi perbincangan tren karena semakin banyaknya alay yang ditemui di kehidupan sekitar kita.
Kalau seperti itu yang disebut alay, pernahkah kita terjebak dalam lingkaran alay? Hahaaayyy... Mudah-mudahan tidak ya...
Bagaimana posisi alay saat ini, salahkah mereka?
Saya rasa tidak. Mereka sama seperti yang lain, yang juga mempunyai kebebasan dalam mengekspresikan diri mereka, walau terkesan aneh. Yang penting hargai dulu orang itu sebagai pribadi yang bebas.
Dont judge a book by it coverIni kalimat yang saya pilih, ternyata alay tidak selamanya kampungan dan tidak tahu perkembangan. Bisa saja alay itu pintar. Toh tidak menutup kemungkinan ke arah sana kan...? Bisa kita lihat dari gaya menulis yang memadukan huruf dan angka serta masih disingkat pula. Kata-kata yang bisa dimengerti dalam beberapa detik bisa menghabiskan beberapa menit untuk membaca/memahami tulisannya. Mis: 1t=itu, mn4=mana, dll.
Bagaimana menanggapinya?
Tidak rumit. Yang perlu disadari adalah posisi kita sebagai yang melihat. Pandang mereka sebagai sosok yang utuh, tidak perlu di kotak-kotakkan. Ada pendapat yang mengatakan, posisi-posisi mereka yang alay kebanyakan karena mereka butuh perhatian lebih, mereka yang ingin exist, mereka yang mencari cara agar bisa tampil dan di lihat. Mungkin intinya ada pada kata dilihat.
Sebenarnya fenomena seperti ini memberi banyak pelajaran bagi kita. Bisa mengajarkan kita bahwa harus lebih peduli sesama, perhatikan lingkungan sekitar, bergaul dan bisa menempatkan posisi dimana kita berada. Tidak ada salahnya mulai berbicara dengan mereka yang dianggap alay itu. Siapa tahu mereka memang terjebak dalam suatu permasalahan dan tidak tahu jalan keluarnya. "Mampu mendengar lebih baik dari pada hanya berbicara".
0 komentar:
Posting Komentar
Setiap selesai membaca posting, sekiranya anda mau memberi komentar untuk bahan perbaikan penulisan dan posting blog ini.
Terima Kasih...